Zahrah adalah seorang anak perempuan yang cerdas. Saat ini ia masih menduduki kelas satu SD. Zahrah tidak sekolah di sekolah reguler seperti anak kebanyakan. Ia sekolah di salah satu homeschooling yang berbasis aqidah islam. Kegiatan sekolah yang diikuti Zahrah dimulai pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 14.30. Pelajaran pertama yang ia terima setiap harinya adalah tahfidzh Qur'an. dilanjutkan pelajaran tahsinul qur'an (cara membaca Al-Qur'an yang baik, benar, dan tepat).
Pada pukul 09.30, Zahrah bersama teman-temannya sholat dhuha dan dilanjutkan dengan makan snack. Snack telah dihabiskan, saatnya menerima 1 jam pelajaran matematika. Zahrah dan teman-teman belajar matematika dipandu oleh seorang ustadz. Mereka belajar matematika sambil bermain dengan biji-bijian.
Tanpa terasa, pelajaran matematika telah usai, kini saatnya Zahra dan teman-temannya melakukan tidur siang yang dikoordinasi oleh sekolah. Setelah tidur sekitar 20 menit, Zahrah dan seluruh teman-temannya bersiap-siap untuk sholat dhuhur. Setelah itu adalah makan siang
Ketika seluruh anak sudah berbaris dengan rapi untuk mengambil makan siang, Zahrah masih nampak kebingungan. Ia memperhatikan sendok-sendok yang dibawa oleh teman-temannya. Tidak cukup dengan memperthatikan sendok yang dibawa teman-temannya, Zahra berlari ke dari satu meja ke meja lain untuk melihat sendok di setiap tempat sendok. Dalam hatinya ia bertanya 'Dimana sendokku?"
Seorang ustadz yang sedari tadi memperhatikan kegelisahan Zahrah segera menghampirinya.
"Assalamu'alaikum Zahrah"
"Wa'alaikumsalam ustadz (mata Zaharah masih berusaha mencari sendoknya)"
"Zahrah mencari apa nak?"
"Sendok Ustadz, Zahrah sedang mencari sendok Zahrah."
"Memang jatuh dimana nak?"
"Tidak jatuh ustadz, tapi sejak pertama Zahrah mau mengambil sendok, sendok Zahrah sudah tidak ada."
"Apakah sendok Zahrah tertukar dengan sendok teman-teman?"
"Tidak tahu ustadz. Sejak tadi Zahrah tidak melihat teman-teman membawa sendok Zahrah"
"Sendok Zahrah warnanya apa?"
"Sendokku berwarna pink, ustadz"
"Sudah dicari di rak piring?"
"Sudah ustadz, tapi tidak ada."
"Zahrah, coba perhatikan Ustadz!"
Zahrah pun mulai memperhatikan Ustadz, Zahrah menyadari sejak tadi diajak bicara dengan ustadz, ia tidak sopan karena kepalanya terus melihat-lihat sekitar dengan harapan ia akan menemukan sendoknya. Zahrah pun mulai memperhatikan raut ustadznya yang sudah mulai cemas kepada Zahrah. Sang Ustadz membayangkan betapa kasihannya Zahrah jika harus memakan sayur sup jagung tanpa sendok.
"Zahrah, coba sekarang tarik napas."
Zahrah pun menarik napas dalam dan mengeluarkan nafasnya melalui mulutnya yang mungil
"Nak, sekarang coba Zahrah membaca istighfar"
Zahrah pun mulai membaca istighfar sebanyak 10 kali.
"Zahrah, coba Zahrah ingat-ingat! Kemarin Zahrah menaruh sendok Zahrah dimana?"
Zahrah pun mulai berfiikir. Ia membuka memorinya. Ia mulai mengingat kemarin ia makan dengan sendoknya. Setelah makanannya habis, ia mencuci piring, menaruh piring di rak piring, dan senodknya..
"Astaghfirullah USTADZ!!!!!!!! Zahrah ingat sekarang. Zahrah ingat!"
Zahrah pun berlari menuju dapur. Ia pun segera menuju tempat untuk mencuci piring, dan ternyata
"Alhamdulillah"
Ia pun segera mencuci sendoknya. Tak lupa ia pun melap sendoknya. Zahrah kembali ke ruang makan dan segera mengambil makan siang, lalu duduk di kursinya. Sang ustadz pun menghampiri Zahrah.
"Bagaimana Zahrah, apa sudah ketemu sendonya?"
"Sudah ustadz, Alhamdulillah"
"Zahrah menemukan sendoknya dimana?"
"Di tempat cucian piring ustadz. Ternyata Zahrah lupa mencuci sendok Zahrah kemarin."
"Alhamdulillah. Ustadz ikut senang karena Zahrah bisa menemukan sendok Zahrah."
"Iya ustadz, terima kasih."
"Nanti setelah makan, jangan lupa sendoknya dicuci ya."
"Iya Ustadz. terima kasih"